Blogroll

Aku Ingin Menciummu Sekali Saja

>> Sabtu, 20 Oktober 2007

Wajah Papua Dalam Besutan Garin

Setelah 'absen' cukup lama, sineas Garin Nugroho kembali mempersembahkan karya terbarunya. Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (AIMSJ), demikian tajuk film yang saat ini masih dalam proses editing tersebut. Seperti juga film-film Garin sebelumnya, AIMSJ menampilkan apa yang disebut Garin sebagai 'semangat pengembangan keragaman budaya'.



Ya, setelah menampilkan budaya Jawa dalam Rembulan Tertusuk Ilalang, Aceh dalam Puisi Tak Terkuburkan, film terbaru Garin tampil dalam nafas Papua. AIMSJ yang baru selesai syuting tiga pekan lalu, hanya menampilkan dua pemeran utama dari luar Papua. Mereka adalah Lulu Tobing dan Adi Kurdi. Sisanya dari Papua, seperti Oktvaianus Rysiat Muabuai dan Sonya Baransano.

Film ini mengisahkan Arnold yang baru berusia 16 tahun. Ia anak seorang guru kesenian bernama Berthold, yang bertugas mengajarkan tarian Burung Kaswari di sekolah. Memiliki trauma terhadap aksi kekerasan di sekitarnya, Berthold memilih lari ke hutan dan menutupi sosok dirinya dengan sosok burung kaswari.

Sementara Arnold, dikisahkan bertemu seorang gadis cantik. Untuk pertama kalinya, ia jatuh cinta hingga muncul perasaan ingin mencium si-Gadis. Tentu saja ia merasa bingung dengan perasaan yang baru muncul itu. Arnold bingung untuk mengungkapkan berbagai keinginan yang mengendap dalam dirinya pada si Gadis.

Menurut Garin, ada makna yang sangat mendalam dari kisah tersebut. ''Kegelisahan Arnold adalah representasi dari keadaan Indonesia saat ini,'' ujarnya pada jumpa pers, pekan lalu. Arnold, seperti halnya Indonesia, menginginkan sebuah kedamaian dalam bentuk berbeda. Keduanya pun mengalami identitas diri.

''Kalau bagi Arnold, kedamaian itu adalah mencium gadis impiannya. Sedangkan Indonesia ingin bercinta dengan kedamaian,'' ujar Garin tentang film keenamnya ini. Tapi keadaan yang begitu berbeda membuatnya bingung. Berbagai masalah yang menerpa bangsa ini diterjemahkan Garin ke dalam kebingungan Arnold dalam menghadapi masa remaja.

Tapi kenapa Papua? ''Papua adalah wilayah yang minoritas masuk dalam sinema dan televisi,'' jelasnya. Ini adalah film Indonesia pertama dengan aktor dan lokasi budaya Papua. Menurut Garin, selama ini belum ada cerita mengambil tema dari persoalan-persoalan Papua kontemporer. Terutama yang terkait identitas kultur dan HAM.

Tak heran, kalau Garin sengaja memasukkan adegan-adegan yang sebenar-benarnya mengenai Papua. Seperti Kongres Papua. Ia menjelaskan, film ini sudah disiapkan sejak kongres itu tahun lalu. ''Pemain utama sengaja diambil dari Papua, agar mereka bisa mengekspresikan persoalan-persoalan mereka sendiri,'' tambahnya.

Adi Kurdi menambahkan, kemampuan akting para pemain dari Papua layak diacungi jempol. ''Etos kerja mereka tinggi, padahal mereka tidak memiliki pengetahuan tentang akting,'' ujarnya kagum. Ia mengaku menemukan suasana yang menyenangkan dalam proses syuting. ''Suasananya sama seperti syuting Keluarga Cemara,'' lanjut dia.

Film berdurasi 90 menit ini menurut rencana akan diputar 26 Desember mendatang. ''Film akan beredar di dua sampai tiga bioskop 21, karena terbatasnya film,'' jelas Garin. Selain itu, seperti biasanya, Garin akan berkeliling kampus-kampus untuk melakukan pemutaran film dan diskusi, khususnya mengenai tema multikultralisme.

Periode pemutaran tersebut sengaja dipilih dengan pertimbangan, tahun 2003 atau menjelang pemilu, demokratisasi akan dihadapkan pada persoalan identitas kultur dan primodialisme. Garin berharap dialog lewat film ini bisa menjadi salah satu cara pendewasaan masyarakat sipil.

O, ya, selain menampiklan keindahan Papua, film ini juga memakai No Woman No Cry sebagai soundtrack. Khusus untuk pemakaian hit Bob Marley ini, Garin hanya membayar 25 persen dari harga yang disyaratkan. ''Itu karena mereka (manajemen Bob Marley, red) tahu saya membuat film tentang perdamaian,'' katanya.(ira) (Sumber: www.kompas.com)

0 comments:

About This Blog

Lorem Ipsum

Tentang kebudayaan di Papua

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP